OPINI: Potret Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Masa Pandemi

Tentu mereka pun sudah menerka tidak akan diberi tindakan jika poin screning mengarah ke ODP atau PDP. Adalah dilema tersendiri bagi pasien yang merasa butuh segera mendapat perawatan. Dan kami berada pada posisi maklum untuk itu. Pemakluman yang mengharuskan kami mengambil posisi waspada yang lebih ekstra.

Pilihan lain sebenarnya ada pada saat itu, yakni screning dengan rapid test, tapi tentu saja pasien harus merogoh kocek yang lebih dalam untuk mendapat perawatan gigi dan mulut.

Jika ditakar dengan biaya yang harus mereka keluarkan untuk perawatan tentu akan memberatkan pasien terlebih dengan kondisi perekonomian masyarakat yang terpuruk di masa pandemi ini.

Dan lagi-lagi kami maklum dengan kondisi itu. Pilihan menurunkan tarif pelayanan pun tidak bisa kami tarik di era sekarang, saat harga mayoritas alat dan bahan praktik kedokteran gigi justru semakin tinggi, belum lagi beban operasional dengan penyesuaian TDL (tarif dasar listrik) dan Iuran air bersih.

Pun kami masih harus beradaptasi dengan perlengkapan APD yg begitu susah diperoleh dan kalaupun ada sangat tidak terjangkau harganya. Sebagai contoh saya yang berpraktik dengan didampingi dua asisten steril. Maka kami harus menyiapkan 3 set APD untuk melayani 1 pasien.

Selain resiko tinggi penularan, kami dibenturkan dengan realitas cozt kerja yang membengkak. Tiga tahun belakangan saya adalah satu-satunya Dokter Gigi Praktek di Kabupaten yang memilih menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Belajar mengabdi dan Ikhlas melayani sesama demi Visi Masyarakat sehat mandiri yang sejahtera. Meneruskan cita-cita mulia BPJS Kesehatan untuk menghadirkan akses layanan kesehatan yang mengjangkau semua lapisan strata sosial ekonomi.

Pos terkait