Rumahnya Dihantam Tanah Bergerak, Ambe Bongga “Terpaksa” Merdeka di Tengah Kesulitan Tempat Tinggal
JOURNALINVESTIGASI.COM, MAMASA – Selembar kain berwarna merah putih, tampak kusam, menjulang tinggi menghiasi gubuk berukuran sekira 2,5×4 Meter.
Siang itu, terik matahari seakan menyengat, tampak seorang kakek duduk menunggu pembeli, mengenakan topi berwana hitam, berbaju kaos warna hijau dan celana pendek motif loreng.
Sengatan matahari seakan membakar, memaksa kakek itu mengerutkan wajah keriputnya, sembari duduk di depan sebuah gubuk.
Kakek itu bernama Bongga Paillin (74), warga Desa Rante Tangga, Kecamatan Tawalian.
Gubuk kecil tampak kumuh yang ia tempati berteduh itu, bagai persinggahan atau lebih tepatnya tempat hunian bagi kakek Bongga Paillin bersama istrinya Hanna (67).
Gubuk kecil nan kumuh itu jadi tempat hunian bagi Bongga Paillin atau yang lebih akrab disapa Ambe, usai rumahnya dibongkar lantaran terkena musibah tanah bergerak.
Gubuk itu tepat berada di bawah Rumah Jabatan Wakil Bupati Mamasa, di Limbong Lopi, Kelurahan Tawalian Kecamatan Tawalian, Kabupaten Mamasa, Sulbar.
Pada pertengahan November 2022 lalu, tanah tempat rumah Bonggoa Paillin berdiri alami pergeseran, diduga akibatkan rembesan air hujan dari rumah jabatan Wakil Bupati.
Tak bisa ditinggali lagi, Bongga memutuskan membongkar rumahnya berbahan kayu, lalu mendirikan gubuk kecil tak jauh dari lokasi sebelumnya.