Memori Perjuangan Demmatande Cs di Benteng Salu Banga, Karya Sarman Sahudding

Lukisan Demmatande terbuat dari tanah liat, karya Zaenal Beta (63 tahun)

Memori Perjuangan Demmatande Cs di Benteng Salu Banga, Karya Sarman Sahudding

JOURNALINVESTIGASI.COM, MAMASA – Mata hari mulai redup di Langit Bumi Kondosapata, warnanya kian berubah jadi jingga. Surya itu sebentar lagi terbenam di Ufuk Barat. Handphone milikku berdering, pertanda ada pesan. Benar saja, kulihat rekan sekerjaku memanggil, namanya Wahyuandi.

Kuangkat teleponku, suara tak asing kudengar, “Ayo ke rumah, ada Kanda Sarman,” ucap Wahyu, di ujung Telepon, sore itu Rabu, 8 November 2023, sekira Pukul 17.30 Wita. Tak menunggu lama, ku raih jaket yang ku gantung di balik pintu kamar milikku, lalu ku kenakan. Ku langkahkan kaki menuju motor buntut yang terparkir di tepi jalan di depan rumah.

Sreeeeng… Begitu bunyi motorku, tatkala ku sentuh starter tangan di pojok setir sebelah kanan. Jarak sekilo dari rumahku menuju rumah milik Wahyu, ku tempuh kurang lebih 3 menit. Mesin motor belum begitu panas, saya pun tiba di rumah Wahyu, di Tatoa, Kecamatan Tawalian, Mamasa.

Di sebuah teras di depan rumah milik Wahyu, tampak tiga lelaki tampan, Sarman, Wahyuandi dan Hamsa. Tersaji kopi di atas sebuah meja berukuran kurang lebih 50×150 Cm. Ada juga dua bungkus cemilan dari Negeri Tirai Bambu, kuaci namanya.

Baru saja usai ku ulurkan tanganku menyapa seniorku di dunia Jurnalis, Sarman, cerita pun mulai hangat. Di sela cerita, Sarman, lalu berujar konon ia mendapat tugas mulia menjadi narasumber pada sebuah kegiatan seremonial, “Besok saya jadi narasumber pada kegiatan seminar pengusulan Demmatande sebagai pahlawan nasional,” ujar Sarman, menyela cerita. “Mantap itu Kanda,” sahutku bangga mendengarnya.

Pos terkait