Memori Perjuangan Demmatande Cs di Benteng Salu Banga, Karya Sarman Sahudding

Lukisan Demmatande terbuat dari tanah liat, karya Zaenal Beta (63 tahun)

Sepeninggal komandan pasukan Demmatande, tentara Belanda telah mulai menguasai Benteng Salu Banga. Di dalam benteng, tentara Belanda menangkap anak Demmatande yang baru berumur 6 tahun dan beberapa anak-anak lainnya.

SETELAH penaklukan Benteng Salu Banga oleh tentara Belanda, rekan rekan seperjuangan Demmatande yang masih hidup tetap melanjutkan perlawanan terhadap tentara Belanda dengan cara gerilya. Rekan-rekan seperjuangan Demmatande yang masih hidup antara lain: Deppalana (saudara Demmatande), Pua’ Sela (dari Karakean, Bambang), Pua’ Tallue, Tandi Bali, Demma Musu’, Demmarantang (paman Demmatande), dan Demmajannang yang kemudian membangun Benteng Burekkong di kampung Matangnga (kini Kecamatan Matangnga, Kabupaten Polewali Mandar).

Pada bulan November 1914, Demmarantang atau Daeng Marantang dan pengikutnya melakukan penyerangan terhadap Belanda di Mamasa. Belanda kemudian menyusun siasat untuk menangkap Demmarantang. Siasat ini berhasil. Setelah Demmarantang ditangkap, ia kemudian diasingkan ke Polewali, hingga akhirnya ia meninggal dengan cara yang tragis: bunuh diri dengan cara meminum racun. Demmarantang memilih cara demikian sebab ia tidak rela dirinya dibuang ke Nusakambangan.

Pada bulan Maret 1915, tentara Belanda menyerang Benteng Puang. Benteng ini dibangun oleh Demma Musu’, Tandi Bali, Deppalana dan kawan-kawannya. Pada bulan Juni 1915, dari Benteng Puang, Deppalana Cs melakukan penyerangan balik terhadap sebuah patroli tentara Belanda. Perlawanan pasukan rakyat berlangsung tanpa henti.

Pos terkait