Memori Perjuangan Demmatande Cs di Benteng Salu Banga, Karya Sarman Sahudding

Lukisan Demmatande terbuat dari tanah liat, karya Zaenal Beta (63 tahun)

Rakyat dipaksa membuat jalanan di sepanjang jalan dari Mamasa hingga daerah Kunyi, bahkan sampai ke Takatidung, Polewali. Banyak rakyat yang tidak mampu bayar pajak kepada kolonial Belanda. Kerja paksa juga sangat menyiksa rakyat pegunungan.

Termasuk Demmatande, dipaksa bekerja di Sumarorong hingga Polewali. Rakyat Paladan dan rakyat pegunungan umumnya disuruh kerja paksa yang diawasi oleh mandor-mandor Belanda. Terkadang rakyat dipukul, dicambuk, atau tindakan tidak terpuji lainnya.

Tindakan para mandor Belanda yang dianggap tidak senonoh dan kejam itulah yang membuat Demmatande menolak melanjutkan kerja paksa. Ia memberontak. Ia mengajak semua rakyat yang sedang kerja paksa di jalan-jalan untuk kembali ke kampung — di pegunungan.

Di Mamasa, tentara Belanda atau Marsose marah dan menargetkan akan menghukum Demmatande. Tentara Belanda sudah tidak sabar sehingga bergerak menuju kampung Paladan dan langsung mengobrakabrik rumah kediaman Demmatande.

Ketika itu Demmatande sementara dalam perjalanan atau sedang berada di perbatasan antara Messawa dan Polewali. Di Messawa, Demmatande dan rombongannya membuat benteng sebagai tempat pertahanan sementara. Setibanya di Paladan, Demmatande kaget melihat rumahnya hancur.

Lesung di depan rumahnya dibuang ke lembah dekat Salu Pangka oleh tentara Belanda. Tempayan tempat penampungan air dijadikan tempat pembuangan air besar (kotoran) oleh tentara Belanda. Isi rumah lainnya berserakan di mana-mana. Melihat perlakukan tentara Belanda itu, Demmatande marah besar.

Pos terkait